HISTORY CANDI SAWENTAR
Candi Sawentar terletak di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Blitar, Jawa Timur.
Candi Sawentar diduga dibangun pada awal berdirinya Kerajaan
Majapahit. Candi yang terbuat dari batu andesit ini berukuran panjang
9,53 m, lebar 6,86 m dan tingginya 10,65 m. Pintu masuk menuju bilik
berada di sebelah barat, dengan ornamen makara pada pipi tangga,
sedangkan relung-relungnya terdapat pada setiap dinding luar tubuh
candi.Di dalam ruangan bilik ditemukan akas arca dengan pahatan burung garuda, yang dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa Candi Sawentar merupakan bangunan suci yang berlatar belakang agama Hindu.masalah penjamanan Candi Sawentar masih ada dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama bahwa candi itu berasal dari awal abad XIII atau merupakan hasil kesenian periode Singosari (Sulaiman, 1976:26). Hal ini didasarkan atas arsitekturnya yang hampir sama dengan Candi Kidal yan gdidirikan sekitar 1260 Masehi sebagai tempat pendharmaan Anusapati, atau 12 tahun setelah kematiannya. Pendapat kedua mengatakan bahwa Candi Sawentar berasal dari periode awal Majapahit (Krom, 1923:292; Stutterheim, 1948:77). Hal ini didasarkan adanya hiasan Surya Majapahit yang diduga sebagai lambang Kerajaan Majapahit (Mursitawati, 1987: 88) yaitu pada batu penutup lubang cungkupnya terdapat pahatan lingkaran dengan sudut-sudut yang merupakan pancaran sinar sebanyak dua puluh tujuh. Di tengah lingkaran tampak pahatan tokoh menunggang kuda memakai mahkota, di sekitar kepala terdapat siras cakra. Tokoh tersebut digambarkan dengan tangan kanan diangkat agak ke samping memegang tali kendali, tangan kiri ke depan juga memegang kendali. Pakaian yan gdikenakan sebatas lutut, memakai selendang pada pinggang. Kaki kanan terlipat sedang kaki kiri tidak terlihat karena tertutup badan kuda. Kuda digambarkan berbadan agak kecil, mempunyai telinga panjang seperti telinga kelinci, ekor menjuntai ke bawah. Posisi kaki kuda menekuk ke belakang seolah-olah hendak melompat. Di bawah kuda terdapat hiasan berupa sulur-suluran (Mursitawati, 1987: 11-12).
Keletakan relief Surya Majapahit pada
batu penutup cungkup mempunyai arti dan maksud tertentu. Menurut
Stutterheim relief pada batu penutup cungkup melukiskan sesuatu yang
betalian erat dengan kedewaan dan dengan demikian mempunyai peranan yang
berhubungan dengan keagamaan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya di
engah relief Surya Majapahit ada penggambaran tokoh menunggang kuda.
Penggambaran ini menurut Sutterheim berhubungan dengan seorang tokoh
dewa. Dalam alam pikiran Hindu, kuda sering dihubungkan dengan Indra,
Surya dan Wisnu. Menurut Van Stein Callenfels tokoh menunggan kuda
dihubungkan dengan Indra dengan kuda uccaiśrawa dan bertempat tingggal
di atas meru seperti yang terdapat dalam cerita Samudramantana. Tetapi
Stutterheim menolak dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak ada
kaitannya dengan Samudramantana, ia mengidentifikasi tokoh menunggang
kuda dengan Surya. Sedangkan N.J. Krom dengan membandingkan relief tokoh
penunggang kuda pada batu penutup cungkup. Candi Bangkal bahwa tokoh
penunggang kuda adalah Kalki. Sebagai dewa penyelamat Kalki digambarkan
mengendarai seekor kuda putih dengan pedang terhunus dan bercahaya
seperti binatang bersayap. Pendapat Krom lebih dapat diterima, karena
Kaliki adalah awatara ke sepuluh Wisnu. Dalam kitan-kitab Veda, Wisnu
dianggap sebagai dewa yang tertinggi kedudukannya. Wisnu dikatakan
mempunyai sifat sebagai matahari dan telah mengunjungi tujuh bagian
dunia serta mengedari dunia tiga langkah (triwikrama). Sebagai
dewa, Wisnu menjelma dalam tiga wujud yaitu api, halilintar, dan sinar
matahari yang ada di dunia. Pemujaan pada Wisnu dalam bentuk matahari
sering disebut dengan nama surya narayana (Basori, 1992: 4-5).
Dihubungkan dengan yoni yang memiliki relief garuda dengan posisi berada
di bawah batu penutup cungkup dan relief yang terdpaat di batu penutup
cungkup, kemungkinan Candi Sawentar bersifat Wisnuistis.
Candi Sawentar tercantum dalam kitab Nagarakrtagama pupuh LXI bait 2 yang disebut dengan Lwa Wentar. Bunyi lengkap kitab Nagarakrtagama pupuh LXI bait 2 yaitu: ndan
ri śakha tri tanu rawi rin weśaka, śri nātha mūja mara ri palah
sabhrtya, jambat sin ramya pinaranirān/lātnlitya, ri lawn wĕntār mmanuri
balitar mwan jimbe (Pigeaud, 1960: 46). Artinya: tahun saka tiga
badan dan bulan (1283) waisaka baginda raja berangkat menyekar ke Palah
dan mengunjungi Jimbe untuk menghibur hati di Lawang Wentar Blitar
menentramkan cita (Muljana, 2007:380).
Hingga saat ini Candi Sawentar tidak
diketahui dibangun sebagai tempat pendharmaan siapa, mengingat dalam
Nagarakrtagama maupun prasasti tidak pernah menyebutkannya.
Nama : Eva Nur Asyiroh
Nim : 1888201044
Komentar
Posting Komentar